Senin, 04 April 2011

EKOLOGI LAUT TROFIS

Energi

Energi didefenisikan sebagai suatu kesanggupan untuk melakukan kerja.

energi dalam ekologi
Untuk mengetahui prilaku energi perlu diketahui hukum-hukum termodinamika, yaitu:

a. Hukum termodinamika pertama

Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tetapi tak pernah bertambah atau berkuran (tak pernah diciptakan baru dan dihancurkan).

Misalnya cahaya, adalah salah satu bentuk energi; untuk itu dia dapat diubah menjadi kerja, panas, atau energi potensial dari makanan. Tergantung pada keadaan, tetapi tak pernah berkurang jumlahnya.
Sebagian dari energi cahaya yang menjadi energi panas dari tanah, menjadi energi kinetik dari pergerakan angin yang dapat melakukan pekerjaan memompa air. Energi tidak hilang dengan menaikkan air, tetapi menjadi energi potensial karena energi laten (tersimpan) dalam air yang menyebabkan air dapat dinaikkan dapat diubah menjadi beberapa tipe energi dengan membiarkan air jatuh kembali ke dalam sumur.
Zat organik yang dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis tumbuh-tumbuhan hijau mengandung energi potensial yang akan berubah ke lain bentuk bila zat organik itu dipakai oleh organisme.
Energi potensial dalam bentuk makanan dapat dipergunakan oleh hewan. Sebagian besar dari makanan hewan itu diubah menjadi panas dan hanya sedikit diubah menjadi protoplasma baru. Pada setiap langkah dalam pengalihan energi dari suatu organisme ke yang lain, sebagian dari energi didegradasikan menjadi panas.

b. Hukum termodinamika dua

Tak ada suatu proses pun yang menyangkut transformasi energi akan terjadi secara spontan, kecuali jika disertai degredasi energi dari bentuk yang pekat ke bentuk yang tipis (memencar).

Panas, misalnya dalam bentuk suatu objek yang panas akan segera memencar lebih ke dalam lingkungan yang dingin.
Berbagai bentuk kehidupan selalu diikuti oleh perubahan-perubahan energi. Energi yang disampai ke permukaan bumi sebagai cahaya matahari diimbangi oleh energi yang keluar dari permukaan bumi sebagai radiasi panas. Esensi kehidupan ialah perkembangan dari perubahan-prubahan seperti pertumbuhan penggandaan dan sintesis.

* Lingkungan Energi 

Pada lapisan teratas atmosfer besarnya radiasi adalah kurang lebih 2 gcal/cm2/detik. Jumlah ini akan berkurang apabila melewati atmosfer, paling banyak 67 % (1,34 gcal/cm2/detik) yang dapat mencapai permukaan bumi pada tengah hari di musim panas. Radiasi matahari pada lapisan atmosfer adalah konstan dibandingkan dengan:
(1) Radiasi matahari yang mencapai permukaan laut pada hari yang cerah.
(2) Sinar matahari yang menembus mendung sempurna.
(3) Cahaya yang menembus vegetasi
Jadi, radiasi matahari semakin berkurang dan terjadi perubahan spektrum energi bilamana ia melewati awan, air dan vegetasi.
Absorbsi di dalam atmosfer secara luas mengurangi cahaya nampak dan secara tidak beraturan mengurangi radiasi inframerah. Cahaya nampak tersebut sedikit berkurang ketika melewati awan yang tebal dan air, yang berarti bahwa fotosintesis dapat diteruskan pada hari yang berawan dan pada beberapa kedalaman air yang jernih. Vegetasi menyerap gelombang panjang cahaya nampak yang berwarna biru dan merah serta infra merah secara lemah.
Pada daerah perbukitan atau daerah pegunungan di belahan bumi utara, permukaan lereng di bagian selatan menerima radiasi lebih besar dan lereng bagian selatan lebih kecil dari pada yang diperoleh di permukaan datar; hal ini menyebabkan perbedaan dalam iklim setempat dan vegetasi.

* Konsep Produktivitas 

Produktivitas ialah laju produksi azat-azat organik dalam suatu ekosistem yang dimulai dengan konversi energi cahaya matahari menjadi zat-zat organik melalui fotosintesis pada tumbuhan hijau.

Di bawah ini diberikan beberapa batasan (defenisi) yang penting:
1. Produktivitas primer dari suatu ekosistem ialah laju konversi energi cahaya menjadi zat organik melalui fotosintetis dan khemosintetis oleh organisme produser (terutama tumbuhan hijau).
2. Produktivitas primer bruto ialah laju dari fotosintetis total, termasuk zat-zat organik yang dipakai untuk pernafasan selama masa pengukuran; dikenal pula dengan istilah asimilasi total.
3. Produktivitas primer neto ialah laju dari penyimpanan zat-zat organik di dalam jaringan tumbuh-tumbuhan setelah dikurangi pemakaian untuk pernafasan selama masa pengukuran, disebut juga fotosintetis nyata (apparent photosynthetis) atau asimilasi neto.
Biasanya jumlah energi/zat organik yang digunakan untuk pernafasan ditambahkan kepada jumlah fotosintesis nyata, sebagai koreksi untuk menaksir jumlah produktivitas bruto.
4. Produktivitas komunitas neto, yaitu laju dari penyimpanan zat-zat organik yang tidak digunakan heterotrof (jadi, produktivitas primer neto dikurangi konsumsi oleh heterotrof) selama waktu pengukuran, biasanya selama musim tumbuh atau setahun.
5. Produktivitas skunder adalah laju dari penyimpanan energi pada tingkat konsumer atau dekomposer.

Jadi, produktivitas primer sebenarnya adalah drajat energi sebagai hasil fotosintetis dan khemosintetis dari organisme produser (terutama tumbuhan hijau) dalam bahan organik yang dapat dipergunakan sebagai makanan. Sedangkan produktivitas skunder adalah drajat persediaan energi pada tingkat konsumer dan dekomposer.
Derajat produksi yang tinggi, baik pada ekosistem alami maupun ekosistem budidaya, terjadi apabila faktor-faktor fisik cocok, lebih-lebih lagi apabila ada subsidi dari luar. Subsidi energi yang dimaksud dapat terbentuk hasil kerja dari angin dan hujan di suatu hutan hujan. Energi pasang surut di suatu daerah estuaria atau bahan bakar binatang atau energi kerja manusia yang digunakan dalam pertanian.
Pengertian subsidi itu sendiri adalah sejumlah energi tambahan yang dapat mengurangi kerugian dalam rangka mempertahankan kondisi suatu ekosistem sehingga energi yang utama dapat lebih banyak digunakan untuk konversi menjadi produksi.

Hal lain lagi yang harus diingat mengenai pengertian umum dari pada subsidi energi adalah bahwa pada suatu perangkat keadaan lingkungan ia dapat bertindak sebagai pendukung, tetapi pada keadaan lingkungan yang lain dapat bertindak sebagai penguras energi yang mengurangi produktivitas.
Sebagai contoh evapotranspirasi mungkin merupakan suatu tekanan energi pada iklim-iklim kering, tetapi merupakan subsidi energi di dalam iklim basah.

Produktivitas primer berbeda secara vertikal dan horisontal. Secara vertikal, di perairan dekat pantai produksi primer paling tinggi terdapat pada kedalaman 30 m dari permukaan, tetapi di laut terbuka zone produksi primer dapat mencapai kedalaman 100 m dari permukaan. Di semua perairan puncak fotosintetis cendrung terjadi dekat di bawah permukaan air dimana fitoplankton dapat menerima cukup energi matahari. Di dalam hutan pun fotosintetis lebih intensif di bagian-bagian tajuk pohon yang teratas.
Secara horisontal, produksi primer berbagai ekosistem dunia, baik ekosistem perairan maupun daratan, akan berbeda menurut perbedaan fisisnya. Khlorofil memegang peranan yang amat penting dalam produksi primer. Hubungan antara jumlah khlorofil dengan laju fotosintetis dinyatakan sebagai rasio asimilasi, yaitu laju produksi per gram khlorofil, yang ditunjukkan sebagai gram O2/jam/gram khlorofil. Jumlah khlorofil yang paling tinggi berada pada komunitas yang berlapis-lapis seperti hutan; dan pada umumnya jumlah khlorofil lebih tinggi pada komunitas daratan daripada komunitas perairan.
Produksi primer digunakan oleh manusia sebagai pangan, serat dan bahan bakar. Panen bahan pangan di dunia merupakan 1 persen dari produksi primer neto atau 0,5 persen dari produksi primer bruto biosfer.
Negara-negara yang sedang berkembang umumnya mempuyai produksi pangan rendah perhektar, sebab mereka terlalu miskin untuk memberikan subsidi energi. Suatu kenyataan yang suram yang harus dihadapi ialah bahwa produksi pangan dunia lebih dekat ke kisaran yang lebih rendah dan bukan ke kisaran yang lebih tinggi, dan di negara yang sedang berkembang kenaikan hasil tidak secepat pertambahan penduduknya.

Untuk separoh penduduk dunia, kayu adalah bahan bakar utama. Di negara-negara paling miskin, kayu dipakai lebih banyak dari kemampuan produksinya, sehingga terjadi kerusakan hutan yang cepat. Dari segi ini, mengingat makin menipisnya persediaan minyak bumi, penggunaan kayu harus lebih ditekan dengan misalnya mendaurulangkan kertas, sehingga kayu pulp dapat digunakan sebagai sumber energi.

* Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan tingkat tropik

Pemindahan energi makanan dari sumbernya (tumbuhan) melalui serangkaian organisme dengan saling makan memakan, dinamakan rantai makanan. Rantai makanan tersebut tidaklah berjalan sendiri dan terpisah, tetapi berhubungan satu sama lainnya, membentuk jaring-jaring makanan. Pada dasarnya rantai makanan atau jaringan makanan adalah pengalihan energi, yang dimulai dari radiasi matahari yang diubah oleh produser ke dalam bentuk energi kimia dan energi potensial, dan seterusnya ke dalam bentuk-bentuk lainnya.
Odum (1983) membagi rantai makanan dalam 2 tipe dasar, yaitu rantai makanan perumputan, yang mulai dari tumbuhan sebagai dasar herbivora yang merumput (organisme yang memakan tumbuhan hidup) dan terus ke carnivora (organisme pemakan binatang): dan rantai detritus, yang dimulai dari bahan-bahan mati ke mikro-organisme dan kemudian ke mikro-organisme yang makan sisa dari predatornya.
Di dalam komunitas yang kompleks, organisme-organisme yang makanannya diperoleh dari tumbuhan dengan jumlah langkah yang sama dikatakan termasuk ke dalam tingkat tropik yang sama. Jumlah rangkaian/langkah tersebut biasanya 4 sampai 5 langkah. Makin pendek rantai makanan, makin besar energi yang tersedia yang dapat diubah menjadi biomass.
Binatang-binatang dan konsumer lainnya tidaklah semata-mata pasif sebagai pemakan di sepanjang rantai makanan. Mereka sering berusaha untuk memberikan umpan balik yang positif.

* Kualitas Energi

Energi memiliki kualitas maupun kuantitas. Jumlah yang sama dari bentuk-bentuk energi yang berbeda bervariasi besar di dalam potensi kerjanya. Kualitas energi diukur dengan energi yang digunakan di dalam transformasi atau lebih spesifik dengan jumlah dari satu tipe energi yang diperlukan untuk membangun bentuk energi yang lain di dalam rantai transformasi energi seperti rantai makanan atau rantai konversi energi pembangkit tenaga listrik. Apabila kualitas yang dikonversi ke dalam bentuk-bentuk baru menurun, kualitas dari bagian yang dikonversi itu ditingkatkan secara proporsional pada tiap-tiap tahap. Dengan kata lain, apabila kuantitas menurun maka kualitas akan meningkat.
Suatu faktor kualitas dapat didefinisikan sebagai jumlah kalori sinar matahari yang perlu digunakan untuk memproduksi satu kalori dari bentuk kualitas yang lebih tinggi (misalnya makanan atau kayu). Struktur kimia sumber energi menentukan kualitasnya sebagai sumber makanan bagi konsumer. Apakah energi potensial di dalam suatu komponen tersedia bagi konsumer, tergantung pada nilai kualitas sumber sebagai makanan.

Habitat

Habitat (berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan—paling tidak lingkungan fisiknya—di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop

Fragmentasi habitat

 Fragmentasi Habitat adalah sebuah proses perubahan lingkungan yang berperan penting dalam evolusi dan biologi konservasi. Sebagaimana yang tersirat pada namanya, ia mendeskripsikan kemunculan fragmentasi lingkungan pada habitat suatu organisme. Fragmentasi habitat dapat disebabkan oleh proses-proses geologis yang secara perlahan mengubah tata letak lingkungan maupun oleh aktivitas manusia yang dapat mengubah lingkungan secara cepat. Proses fragmentasi habitat secara alami diduga merupakan salah satu sebab utama spesiasi, sedangkan proses fragmentasi habitat oleh manusia menyebabkan kepunahan banyak spesies.

Fragmentasi habitat sering kali disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti agrikultur dan urbanisasi. Habitat yang sebelumnya terhubung menjadi terbagi menjadi dua fragmen. Setelah pembersihan habitat yang intensif, kedua fragmen yang terpisah tersebut akan terisolasi satu dengan lainnya.

Relung

Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum :
Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Relung suatu populasi kadal pohon tropis, misalnya terdiri dari banyak variabel, antara lain kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia bertengger, waktu siang hari ketika ia aktif, serta ukuran dan jenis serangga yang ia makan.
Istilah relung fundamental (fundamental niche) mengacu pada kumpulan sumberdaya yang secara teoristis mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya yang dapat digunakan, bisa memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian relung fundamentalnya. Sumberdaya yang sesungguhnya digunakan oleh suatu populasi secara kolektif disebut relung realisasi (realized niche)–nya.
Sekarang kita dapat menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk menyatakan bahwa dua spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas jika relungnya identik. Akan tetapi, spesies yang secara ekologis serupa, dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas, jika terdapat satu atau lebih perbedaan yang berarti dalam relung mereka.
Bila dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Yang paling sering terjadi, sumber yang diperebutkan tersebut adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air, dan tempat yang disinari matahari (untuk tumbuhan). Semua persyaratan ekologis suatu spesies merupakan relung ekologis spesies tersebut.
Habitat dan relung. Tempat hidup seekor hewan disebut habitatnya, sejumlah habitat umum , antara lain: tanah berlumpur, bendungan, kuala, gurun, dan sebagainya. Dalam golongan-golongan besar ini terdapat pembagian-pembagian lagi. Jadi beberapa hewan di daerah tepi danau meliang di dalam lumpur sedangkan yang lain hidup di antara tumbuhan ini. Subdivisi habitat demikian itu disebut mikrohabitat.
Relung ekologis suatu organisme harus tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut pertimbangan yang tidak hanya sekedar tempat tinggal organisme. Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan merupakan faktor utama dalam menentukan relung ekologisnya. Tetapi faktor lain juga ikut terlibat. Sebagai contoh kisaran suhu, kelembaban, salinitas dan sebagainya, yang dapat diterima oleh setiap dua spesies dalam suatu habitat untuk ikut menentukan relung ekologisnya. Dengan mengetahui alamat (habitat) seseorang, maka kita tahu ke mana kita cari orang tersebut, tetapi jika kita mengetahui pekerjaan, hobi, dan cara-cara bagaimana orang itu bergaul dengan orang lain dalam masyarakat, kita akan mengetahui lebih banyak lagi mengenai orang tersebut. Demikian pula, relung ekologis seekor hewan meliputi semua aspek dari kedudukan yang ditempati oleh hewan tersebut di dalam ekosistem tempat ia hidup.
Tiap faktor yang merupakan bagian dari relung suatu spesies[1] biasanya berkisar sekitar suatu kisaran nilai. Jadi tiap organisme dapat menahan suatu kisaran tertentu dari suhu, kelembaban, PH (misalnya tumbuhan atau organisme air) salinitas (misalnya hewan-hewan di kuala), dan sebagainya. Pada umumnya organisme dengan kisaran toleransi yang luas lebih tersebar dibandingkan organisme dengan kisaran yang sempit.
Apakah suatu populasi benar-benar hidup dalam seluruh kisaran toleransinya juga bergantung pada jumlah persaingan antarspesies yang harus dihadapi. Sering terjadi bahwa persaingan antarspesies memaksa suatu spesies untuk hidup lebih dekat dengan batas toleransinya dari yang biasa yang dilakukannya. Jika gulma itu tumbuh sendiri-sendiri, masing-masing tumbuh paling baik di tanah dengan PH antara 5 dan 7. Jika ditanam bersama, persaingan yang hebat antara kedua tumbuhan menyebabkan kedua spesies itu tidak ada yang tumbuh subur di kisaran ini. Tetapi pada PH 4, lobak liar (Raphanus raphanistrum) tumbuh dengan merugikan mustard liar (Sinapsis arvensis), pada PH 8 keadaan terbalik. Kisaran toleransi organisme biasanya tidak tetap seluruh hidupnya. Sebagai contoh, tanaman yang tumbuh dengan baik sering dapat berhasil dipindahkan dan tumbuh dengan memuaskan di tempat benihnya tidak dapat tumbuh atau kecambahnya tidak dapat bertunas. Banyak dari aspek toleransi ini yang telah di analisis pada permulaan abad ini oleh V.E.Shelford, ahli ekologi yang mempelajari jaring-jaring makanan kompleks.
Relung ekologis beberapa organisme itu relatif luas. Burung elang dapat mengubah dietnya sesuai dengan banyaknya beberapa jenis hewan yang dapat dijadikan mangsanya. Sebaliknya relung kumbang buah kapas terlalu sempit makan tanaman kapas. Jika tidak ada tanaman kapas, maka tidak terdapat pula kumbang kapas. Adanya beberapa relung yang sama diberbagai tempat di dunia membantu menjelaskan fenomena evolusi konvergen. Kuskus terbang dan wombat di Australia menghuni suatu relung yang di Amerika Utara dihuni oleh bajing terbang dan sejenis marmot (woodchuck). Sementara relung-relung banyak spesies hewan di suatu komunitas tumpang tindih, mungkin saja tidak akan ada dua spesies yang menempati relung yang benar-benar sama di tempat yang sama pula. jika ini terjadi, maka dapat diduga bahwa satu spesies akan lebih efisien dalam memanfaatkan relung tersebut dari spesies yang lain dan akhirnya akan menggantikan spesies yang kurang efisien tadi.
Azas penyisihan bersaing ini tidak selamanya berlaku. Sebagai contoh, dua spesies insekta menghuni relung yang sama tetapi faktor lain (cuaca, parisitisme, pemangsaan) dapat begitu buruk, sehingga kedua populasi tersebut tidak ada yang dapat menjadi besar untuk mengurangi persediaan makanan. Akan tetapi, pada umumnya, penelitian yang seksama mengenai kebiasaan makan dua spesies yang menempati relung yang sama mengungkapkan adanya perbedaan-perbedaan. Sementara dari tiga burung finch Darwins, Geospiza magnirotris, G. Fortis dan G. Fuliginosa makan makanan yang sama dalam jumlah tertentu, masing-masing juga biji-bijian dengan ukuran yang bisanya tidak dimakan oleh yang lain.
Kapasitas lingkungan yang terbatas untuk menyediakan energi memberi batasan yang absolut terhadap ukuran populasi. Akan tetapi, batasan ini dalam keadaan alamiah tidak pernah dapat dicapai. Tiap sumber makanan dimanfaatkan oleh lebih dari satu spesies. Belalang, kelinci, dan sapi, semuanya bersaing untuk mendapatkan rumput yang ada. Dengan kata lain, kehadiran kelinci mengurangi daya dukung lingkungan, yaitu kelinci, untuk sapi, belalang. Kedua hewan ini pada gilirannya, untuk kelinci dan untuk diri masing-masing. Jadi populasi mereka terkendali oleh persaingan di antara mereka. Dalam keadaan demikian, kita dapat menghargai bahwa tiap sifat yang diturunkan yang mengurangi kekerasan persaingan antarspesies akan melalui seleksi alamiah, cenderung untuk menetap di dalam populasi. Yang biasanya dihasilkan adalah evolusi adaptasi yang meningkatkan efisiensi makan pada spesies itu. Persaingan yang sengit antara dua dari burung finch Darwin, Camarhynchus pauper dan C. Psittacula demi biji dengan ukuran tertentu untuk dimakan, berakibat evolusi bersifat mengarah yang kuat. Hasilnya adalah pergantian ciri dan dengan demikian pengurangan dalam derajat ketumpang tindihan kedua relung mereka sehingga kedua spesies itu sekarang dapat hidup berdampingan.
Akan tetapi, peningkatan efisiensi makan disertai dengan peningkatan spesialisasi dan hasilnya adalah hewan relung tiap spesies menjadi semakin sempit. Kumbang buah kapas dan ngengat dengan belalai panjangnya 25 cm, masing-masing merupakan contoh dari spesialisasi makan yang ekstrim. Relung mereka sempit, tetapi mereka dapat memanfaatkan lebih efisien dari saingannya.
Tumbuhan juga selalu bersaing dengan tumbuhan lain untuk sinar matahari, tanah, air, dan mineral. Untuk mendapatkannya, terdapat banyak adaptasi khusus yang dipakai oleh tumbuhan untuk mengurangi persaingan antarspesies. Spesies dengan sistem akar dangkal mampu berdampingan dengan speies berakar dalam karena masing-masing menyerap di kedalaman yang berlainan. Benih dari spesies yang tahan naungan dapat gagal untuk berkecambah di tempat yang terang karena di situ mereka akan kalah bersaing, dan demikian pula benih spesies yang tak tahan naungan tidak akan berkembang dengan baik di tempat yang banyak naungannya. Di gurun pasir, daun semak rapuh (brettlebush) yang gugur meninggalkan racun di tanah yang menyebabkan tumbuhan lain menjauh. Evolusi epifitisme, tumbuhan liana, dan (pada banyak tumbuhan perdu) pertumbuhan sebelum pohon-pohon hutan berdaun penuh, merupakan adaptasi agar dapat bersaing secara lebih efektif untuk sinar matahari.
[1]Organisme yang dapt melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan fertile, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak. 

Adaptasi

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
  • memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
  • mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
  • mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
  • bereproduksi.
  • merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

 Jenis adaptasi

Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:
  • Adaptasi Morfologi
adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya.
  • Adaptasi Fisiologi
adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak.
  • Adaptasi Tingkah Laku
adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.
selanjutnya klik link di bawah ini:
http://airohayati.blogspot.com  
Sumber:
http://akuakulturunhas.blogspot.com/2008/11/energi-dalam-ekologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_terbarui
http://id.wikipedia.org/wiki/Energi
http://jombangan.com/tautan/aliran-energi-dalam-ekologi-perairan
http://prince60.wordpress.com/2010/04/14/resume-mata-kuliah-ekologi-laut-tropis/
http://obstetriginekologi.com/artikel/habitat+dalam+ekologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Habitat
http://id.wikipedia.org/wiki/Fragmentasi_habitat
http://kathy-lilia.blogspot.com/2007/06/habitat.html
http://anugrahjuni.wordpress.com/biologi-in/ekologi/relung-ekologi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Adaptasi
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2133600-adaptasi/
http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-morfologi-fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar